PSIKOLOGI BELAJAR
1. Pengantar
“Living
is learning” merupakan salah satu kalimat yang dikemukakan oleh Havighurst (1953).
Dengan kalimat tersebut memberikan suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal
yang sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun
ahli yang membicarakan tentang masalah belajar. Hampir semua pengetahuan,
keterampilan, sikap, perilaku manusia dibentuk, diubah dan berkembang karena
belajar. Kagiatan belajar akan berlangsung dimana saja, di rumah, di sekolah,
di masyarakat luas. Karena itu tidaklah mengherankan bila belajar merupakan
maasalah bagi setiap manusia.
Manusia
akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dan manusia mereaksi terhadap
lingkungannya secara tertentu. Reaksi tersebut dapat berlangsung secara
refleksif, tetapi sebagian terbesar justru terjadi karena proses belajar.
Skinner (1976) membedakan perilaku atas perilaku yang refleksif merupakan innate behevior dan perilaku yang
operan, atau perilaku yang dipelajari. Manusia berbeda satu dengan yang lain,
salah satu faktor karena pengalamannya berbeda. Dengan pengalaman yang berbeda
akan membawa perbedaan dalam diri manusia.
Manusia
sebagai makluk hidup memliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, danmanusia mempunyai
kecenderungan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dalam
rangka pencapaian kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia akan berperilaku, dan
perilaku tersebut sebagian besar adalah sebagai hasil proses belajar. Karena
itu seperti yang telah dipaparkan bahwa masalah belajar merupakan masalah bagi
setiap manusia.
Meskipun
diakui bahwa belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, namun ternyata dalam hal belajar sampai saat ini masih terdapat
perbedaan pendapat dari berbagai ahli. Perbedaan tersebut jika ditelusuri lebih
jauh, ternyata telah didapati pada waktu-waktu besebelumnya, bahwa pada
jamannya Aristoteles dan Plato hal tersebut telah dipersoalkan (Suryabrata,
1983).
Plato
sebagai seorang reliationis dan nativis berpendapat bahwa apa yang ada dalam
diri individu telah ada sebelum seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge). Sebagai seorang nativis
Plato mementingkan apa yang ada adalam diri manusia. Lain halnya dengan
Aristoteles yang dipandang sebagai seorang empiris, memandang bahwa pengalaman
atau empiri merupakan hal yang penting dalam pengetahuan seseorang. Sebagai
seorang empiris Aristoteles sangan menitikberatkan peranan lingkungan.
Pemikiran
Plato dan Aristoteles sampai saat ini masih terasa dalam teori-teori belajar,
satu segi yang menitikberatkan pada apa yang ada dalam diri individu, sedangkan
segi yang lain menitikberatkan pada apa yang ada di luar diri individu. Memang ada
perbedaan yang mendasar antara pandangan empirstis dan nativitis. Pandangan
empiristik juga sering dikenal sebagai pandangan atau teori stimulus-respon
atau teori yang bersifat behavioristik, dan pandangan yang nativistis sering
dikenal dengan teori kognitif.
2. Perbedaan Teori Behavioristik dan
Teori Kognitif
Teori
behavioristik dan teori kognitif mempunyai perbedaan yang mendasar seperti yang
dikemukakan sebagai berikut.
Teori Behavioristik
|
Teori Kognitif
|
1.
Mementingkan pengaruh
lingkungan (empiristik)
2.
Mementingkan bagian-bagian
(elementaristik)
3.
Mementingkan terbentuknya
kebiasaan
4.
Mementingkan peranan stimulus
reaksi terhadapa lingkungan
5.
Mementingkan mekanisme sebagai
hasil belajar
6.
Dalam memecahkan masalah
mementingkan trial and error
|
1.
Mementingkan apa yang ada dalam
diri individu (nativistik)
2.
Mementingkan keseluruhan
(gestalt atau Wolistik)
3.
Mementingkan pembentukan
struktur kognitif
4.
Mementingkan peranan kognitif
5.
Mementingkan keseimbangan dalam
diri individu
6.
Dalam memecahkan masalah
mementingkan insight.
|
Teori kognitif juga sering
disebut sebagai teori kognitif-wholistik yang mementingkan keadaan yang ada
dalam diri individu, sedangkan teori yang bersifat behavioristik juga sering
disebut sebagai teori behavioristik-elementaristik yang mementingkan peranan
lingkungan. Teori-teori yangberorientasi demikian sampai saat ini masih
bertahan dan terus berkembang dengan masing-masing ahli memberikan
argumentasinya sendiri-sendiri.
3. Pengertian Belajar
Skinner (1958) memberikan
definisi belajar “Learning is processof
profressive behavior adaptation.” Dari definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif
(ke arah kemajuan). Ini berarti bahwa sebagai akibat dari proses belajar
akanmunculnya sifat prgresivitas, adanya kecenderungan ke arah yang lebih
sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping belajar menunjukkan
suatu proses, belajar juga membutuhkan waktu sampai mencapai suatu hasil, dan
hasilnya merupakan perilaku yang lebih sempurna dari perilaku sebelum belajar.
Kemajuan yang diperoleh adalah sebagai akibat dari proses belajar tersebut.
Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar ada input yang
kemudian melalui proses belajar menghasilkan suatu output.
Mc Geoch (dalam Bugelski, 1956)
memberikan definisi belajar “Learning is
a change performance as aresult of practice.” Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance (kinerja), dan perubahan ini
sebagai akibat dari latihan (practice).
Pengertian latihan atau practice menunjukan
bahwa adanya usaha dari individu yang belajar. Baik yang dikemukakan oleh
Skinner maupun yang dikemukakan oleh Mc Geoch memberikan gambaran bahwa sebagai
akibat belajar adanya perubahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Hanya
oleh Mc Geoch dikemukakan perubahan itu adalah sebagai akibat dari latihan,
sedangkan yang dikemukakan oleh Skinner tidak secara jelas hal yang diajukan.
Selain itu, Kimble (dalam
Hergenhahn, 1976) memberikan definisi belajar “Learning is a relatively permanent change in behavioral potentiality
that occurs as a result of reinforced practice.” Dalam definisi tersebut
terlihat adanya suatu hal yang baru yang tidak nampak pada definisi-definisi
sebelumnya., yaitu bahwa adanya perubahan yang bersifat permanen dan perubahan
tersebut sebagai akibat dari reinforced
practice (latihan yang diperkuat). Bila dalam definisi yang diajukan oleh
Mc Geoch perubahan itu karena akibat latihan tanpa melihat adanya penguatan (reinforcement) atau tidak, tetapi dalam
definisi yang diajukan oleh Kimble dengan jelas perubahan itu disebabkan karena
adanya reinforcement practic. Tetapi
apakah memang benar bahwa dalam belajar selalu ada reinforcement? Di samping itu, apakah memang benar bahwa dalam
belajar hanya ada latihan (practice),
keadaan ini mengundang persoalan.
Morgan dkk. (1994) memberikan
definisi mengenai belajar “Learning can
be defined as any relatively permanent change in behavior whice occurs as a
result of practice or experience.” Satu hal yang muncul dalam definisi ini
ialah bahwa perubahan perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena
latihan (practice) atau karena
pengalaman (experience). Pada
pengertian ini dibutuhkan adanya usaha dari individu yang bersangkutan,
sedangkan padapengertian pengalaman usaha tersebut tidak tentu diperlukan. Ini
mengandung arti bahwa dengan pengalaman seseorang atau individu itu dapat
berubah perilakunya disamping perubahan perilaku dapat disebabkan karena
latihan. Dengan begitu apa yang dikemukakan oleh Morgan dkk. telah menjawab
persoalan yang diajukan di depan, yaitu bahwa belajar tidak hanya karena
latihan semata, tetapi juga dapat karena pengalaman.
Bertitik tolak dari
definisi-definisi belajar menurut ahli di atas dapat dikemukakan beberapa hal
mengenai belajar sebagai berikut.
a.
Belajar merupakan suatu proses yang
mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change
in behavior or performance). Setelah belajar individu mengalami perubahan
dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior (perilaku yang tampak) atau innert behavior (perilaku yang tak tampak). Perubahan dapat
terjadi dari segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotor.
b.
Perubahan perilaku itu dapat aktual,
yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial atau yang tidak
nampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lainkesempatan.
c.
Perubahan yang disebabkan karena
belajar itu bersifat relatif permanen, yang berarti perubahan tersebut dapat
bertahan dalam waktu yang relatif lama, tetapi di pihak lain perubahan itu
tidak menetap terus menerus, hingga pada suatu waktu hal tersebut dapat berubah
lagi sebagai akibat belajar.
d.
Perubahan tingkah laku baik yang
aktual maupun yang potensial yang merupakan hasil belajar, adalah perubahan
dengan melalui latihan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perubahan itu bukan
terjadi karena faktor kematangan yang ada pada diri individu, bukan karena
faktor kelelahan, dan juga bukan karena faktor temporer individu seperti
keadaan sakit serta pengaruh obat-obatan. Sebab faktor-faktor kematangan,
kelelahan, keadaan sakit dan pengaruh obat-obatan dapat menyebabkan perubahan
perilaku individu, tetapiperubahan itu bukan karena belajar.
Sumber: Handout Psikologi Belajar oleh Bimo
Walgiti, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar