Rabu, 01 November 2017

Puisi

INTUISI
Karya Anggun Fitria Anindhi

Deretan lampu benderang
Menerangi sejengkal langkah tak goyah
Bukan puncak namun perjalanan
Bukan bonus melainkan pengalaman
Suara binatang menjadi melodi tak terlupakan
Menerkam dingin kabut yang kasat mata
Melawan ego dipucuk kepala

Terlalu kecil untuk menatap
Terlalu rendah untuk melangit
Bagaikan debu tak berarti
Mata hati tak buta akan naluri
Jejak langkah tak kan henti
Walau sejuta rintangan menanti
Sebatas intuisi




Materi Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

TEKS CERITA PENDEK

A.   Pengertian Cerita Pendek
Cerita Pendek (Cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dala sekali duduk”
B.   Ciri-Ciri Cerita pendek:
              a.         Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek dari novel
              b.         Tulisan kurang dari 10.000 kata
              c.         Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain
              d.         Tidak menggambarkan seluruh kehidupan pelakunya
              e.         Habis dibaca sekali duduk
              f.          Tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaian
              g.         Beralur tunggal dan lurus
              h.         Penokohannya sangat sederhana dan singkat
C.   Unsur Pembangun Cerita pendek
Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur. Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya dinamakan dengan unsur intrinsik yang meliputi:
         1.      Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen.
         2.      Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
a.   Teknik analitik langsung
Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya. Ia pun tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman-temannya.
b.   Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Seperti sedang berkampanya, orang-orang desa itu serempak berteriak-teriak! Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-ngacungkan tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara mereka sibuk sendiri menyeragaman acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.
c.    Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung-kampung tetangganya sudah pada terang semua.
d.   Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah.
e.   Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan, ingin ia mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, Cuma anak gadisnya yang masih mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima kepulangannya.
f.     Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarangia bertandang ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.
         3.      Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat atau bersifat kronologis. Pola pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan cerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
         4.      Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadapy jalan suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu.
         5.      Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menenempatkan diri dalam cerita. Sudut pandang terdiri atas : (a) Sudut pandang orang pertama : Aku, Saya, Kami. (b) Sudut pandang orang ketiga: dia, nama orang, mereka.
         6.      Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahsa berfungsi untuk menciptakan suatu nada suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antar sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, atau menjengkelkan, objektif, atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan romantis, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.
Bahasa dapat pula dipergunakan pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh. Karakter jahat atau bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang dipergunakan. Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.
         7.      Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam cerita umumnya bersifat tersirat, disembunyikan pengarangnya dibalik peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, padda umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tantang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tak jauh dari pentingnya mempertahankankemerdekaan.
Selain unsur intrinsik, unsur pembangun teks cerita pendek adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik teks cerita pendek yaitu.
         1.      Latar belakang pengarang
         2.      Latar belakang masyarakat
         3.      Nilai-Nilai, terdiri atas:
a.   Nilai Sosial merupakan nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh yang ada didalam cerpen.
b.   Nilai Agama merupakan hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung dalam cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama.
c.    Nilai Moral merupakan nilai yang terkandung dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku dimasyarakat.
d.   Nilai Budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku.
e.   Nilai Pendidikan adalah nilai yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku dari buruk ke baik.

D.   Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah
Struktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun hubungan kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.
1.   Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, manata adegan dan hubungan antar tokoh.
2.   Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentagan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3.   Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabbkab bertambahnya kesukaran tokoh.
4.   Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5.   Penyelesaian (ending atau coda)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula, cerpen yang penyelesaian akhir ceritannya itu diserahkan kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung tanpa ada penyelesaian.
Cerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian, terdapat pihak yang berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapat bebrapa kemungkinan posisi pengarang di dalam menyampaikan ceritanya, yakni sebagi berikut.
1.    Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan kata orang pertama dalam menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, kami.
2.    Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita. Pengarang menggunakan kata dia untuk tokoh-tokohnya.
Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.
1.    Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika, itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
2.    Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh; sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3.    Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4.    Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5.    Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
6.    Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“.....”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
a.   Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”
b.   “Dimana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.
c.    “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
7.    Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk mengambarkan tokoh, tempat, atau suasana.
Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang. Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah menjadi pecandu beratnya.

E.   Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek
Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana “emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata-kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata uang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adannya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah.
Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotannya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkan dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik.
Perhatikan contoh berikut
“Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan kota menyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo tercinta!
Pak Pong yang melang menatap kota dengan dendam di dalam hati Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu...”
(Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.)

Perhatikan pula cuplikan berikut!
Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejannya bagian atas. Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin. Akan tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu begitu pendai menyimpan kegelisahaannya.
“Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum.
“Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.

Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata), serta situasi kejiwaannya jelas tergambar dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benar-benar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan cerita yang dialaminya. Penulis mewakilkan situasi kejiwaan tokoh yang gelisah melalui kata-kata membuka kancing baju kemejanya, berkeringat, berubah menjadi berseri-seri.

F.   Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur Pembangunnya
Menulis karangan, naik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang lain jarang yang bida sekali jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki. Mungkin hal itu berkaitan dengan isi tulisan, sistematikannya, keefektifan kalimat, kebakuan kata, ataupun ejaan/tanda bacanya. Oleh karena itu, peninjauan ulang atau langkah penyuntingan atas karangan yang telah kita buat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan.
Berikut beberapa yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penyempurnaan karangan.
1.    Apakah ide yang dikemukakan dalam karangan itu sudah tepat atau tidak, dan sudah padu atau belum?
2.    Apakah sistematis penulisannya sudah benar atau perlu perbaikan? Uraian yang bolak-balik dan banyaknya pengulangan tentu akan menjadikan karangan itu tidak menarik.
3.    Apakah karangan itu bertele-tele atau terlalu sederhana? Karangan yang bertele-tele, haruslah disederhanakan. Namun, sebaliknya apabila karangan itu terlalu sederhana, perlulah dikembangkan lagi.
4.    Apakah penggunaan bahasannya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat dan kejelasan makna kata-katanya!
Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-buku tersebut dapat dijadikan rujukan, terutama ketika ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan bahasa.


Sumber: Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016

Materi Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

TEKS EKSPLANASI

A.    Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksplanasi
1.   Pengertian Eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang bertujuan untuk menjelaskan proses suatu fenomena alam dan sosial. Teks eksplanasi ditulis untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Pertanyaan bagaimana membutuhkan jawaban berupa deskripsi, sedangkan pertanyaan mengapa membutuhkan jawaban proses sebab-akibat terjadinya femomena alam atau sosial tersebut. Teks eksplanasi termasuk teks nonfiksi, sehingga penyajiannya harus berdasarkan fakta yang sebenarnya.
Teks eksplanasi menjelaskan hubungan antara logika dan peristiwa. Teks eksplanasi sering ditulis untuk menjelaskan fenomena alam seperti terjadinya pelangi, tanah longsor, banjir. Eksplanasi juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Teks eksplanasi ini bertujuan untuk menjelaskan serangkaian proses dari suatu gejala secara alamiah, fenomena alam, ataupun sosiolkultural.
Teks eksplanasi dapat ditulis secara sederhana dan kompleks. Ditulis kompleks apabila dalam penjelasan hubungan sebab akibat disisipi deskripsi atau cerita sebagai penjelas. Dalam teks eksplanasi kompleks terdapat langkah atau tahapan-tahapan selanjutnya yang tersusun secara runtut. Susunan yang runtut menjadikan teks eksplanasi lebih akurat dalam menjelaskan suatu fenomena.

         2.      Ciri-ciri Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi memiliki cirri-ciri yang membedakan dengan teks lainnya. Adapaun cirri-cirinya sebagai berikut.
a.       Struktur terdiri atas pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interprestasi
b.      Memuat informasi sesungguhnya atau fakta
c.       Memuat informasi bersifat keilmuan atau berhubungan dengan ilmu pengetahuan
d.      Menjelaskan suatu kondisi atau fenomena
                                 
Memahami informasi berupa pengetahuan dan urutan kejadian dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi isi pokok teks eksplanasi dengan memperhatikan ciri teks eksplanasi. Sedangkan untuk menemukan gagasan pokok dan fakta penting dalam teks eksplanasi harus disusun berdasarkan fakta yang ada. Fakta-fakta tersebut dapat ditemukan dalam paragraph-paragraf teks eksplanasi. Suatu paragraf eksplanasi dikembangkan berdasarkan gagasan utama atau ide pokok. Gagasan utama adalah gagasan yang dijadikan dasar dalam mengembangan kalimat. Gagasan utama terdapat pada kalimat utama. Kemudian kalimat utama dikembangkan dengan kalimat penjelas, sehingga menjadi satu paragraf. Sedangkan untuk memberikan tanggapan terhadap fenomena alam atau sosial dalam teks ekplanasi harus logis dan sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dijelaskan dalam teks.

B.   Struktur Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi memiliki struktur yang terdiri dari pernyataan umum, dilanjutkan dengan urutan sebab akibat, dan diakhiri dengan interprestasi.
1.    Pernyataan umum
Pernyataan umum dalam teks eksplansi berupa pernyataan umum tentang suatu topik yang akan dijelaskan proses keberadaannya, proses terjadinya, atau proses terbentuknya.
2.    Urutan sebab akibat
Urutan sebab akibat merupakan penjelasan proses keberadaan atau proses terjadinya sesuatu yang disajikan secara runtut atau bertahap dari yang paling awal hingga yang paling akhir. Urutan sebab akibat dalam teks eksplanasi dapat dinyatakan dengan kategori nomina dan verba.
a.   Kategori nomina dinyatakan dengan konjungsi.
Misalnya: akibat, sehingga, akibatnya, hasilnya, sebagai akibat, ketika, jadi, sebab, karena.
b.   Kategori Verba, terdiri atas:
-          Kata kerja material
Kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukan aktifitas fisik yang dapat dilihat secara nyata.
Misalnya: Menggambarkan, Membentuk, Melebur, Menggantikan, Mengeras, Berubah, Memecahkan.
-          Kata kerja relasional
Kata kerja rasional lebih menekankan pada kata kerja yang berfungsi sebagai penghubung antara subjek dan pelengkap.
Misalnya : - akibat, menjadi             - sebelum, sebagai
                       - Ketika, menjadi             - Jika, maka
                       - sehingga, menghasilkan
2.    Interprestasi
Interprestasi berisi kesimpulan atau pernyataan tentang topiik atau proses yang dijelaskan.

C.   Kaidah Kebahasaaan Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi berbeda dengan teks yang lain. Teks ini memiliki ciri dan kaidah kebahasaan yang bisa membedakan dengan teks yang lain. Ciri kebahasaan yang sering muncul dalam teks eksplanasi adalah sebagai berikut.
1.    Kata serapan
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut.
-          Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti titik beku. Kata titik beku merupakan arti kata freezing point. Kata freezing point merupakan kata bahasa Inggris. Unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing.
-          Unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti hidrologi . Kata hidrologi berasal dari kata bahasa Inggris hydrology.
2.    Konjungsi
Ada dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi eksternal dan kojungsi internal.
a.   Konjungsi eksternal
Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau ), perbandingan (contoh: tetapi, sementara ), waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun ).
Contoh:
Banjir terjadi di Kota Jakarta setelah hujan turun dua hari tanpa henti.
Kecelakaan lalu lintas sering terjadi karena pengguna jalan tidak tertib lalu lintas.
c.    Konjungsi internal
Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa. Konjungsi internal juga dapat dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: *selain itu, di samping itu, lebih lanjut ), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain ), waktu (contoh: pertama, kedua … , kemudian, lalu, berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya ).
Contoh:
Pertama, kesuksesan disebabkan oleh daya kreativitas.
Akan tetapi, teks eksplanasi sering menggunakan konjungsi eksternal.
3.    Hubungan sebab-akibat
Hubangan sebab-akibat dapat dinyatakan dengan banyak cara, baik dengan konjungsi, kata kerja, maupun kata benda.
Contoh:
Butir-butir air turun ke bumi karena gravitasi. (dengan konjungsi)
Butir-butir air turun ke bumi disebabkan oleh gravitasi. (dengan kata kerja)
Penyebab butir-butir air turun ke bumi adalah gravitasi. (dengan kata benda)  

Kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi adalah sebagai berikut.
a.   Sering menggunakan istilah-istilah ilmiah
b.   Banyak menggunakan kata kerja material dan rasional
c.    Menggunakan konjungsi waktu dan kausal, contohnya: kemudian, sebelum, setelah, jika, bila, sehingga

D.   Pola Pengembangan dalam Menyusun Teks Eksplanasi
1.    Pola Pengembangan Sebab Akibat
Teks eksplanasi untuk menjawab kata tanya mengapa digunakan untuk menjelaskan sebab akibat terjadinya sesuatu. Pola pengembangan sebab akibat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial budaya dalam teks eksplanasi.
2.    Pola Pengembangan Proses
        Teks eksplanasi dapat digunakan untuk menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena. Pola pengembangan proses biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana suatu fenomena terjadi?
Pola pengembangan proses dapat digunakan dengan langkah-langkah berikut.
a.   Mengetahui perincian secara menyeluruh.
b.   Membagi proses menurut tahapan-tahapan kejadian.
c.    Menjelaskan setiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehigga pembaca dapat melihat sluruh proses dengan jelas.

E.   Menyususn Teks Eksplanasi
1.     Menentukan Topik
Topik yang digunakan harus difokuskan secara terperinci agar pokok bahasan menjadi suatu teks yang padu. Topik digunakan penulis untuk mengembangkan dan menjabarkan uraianya.
Beberapa aspek yang harus diperhatian dalam menentukan topik:
a.   Topik Menarik
b.   Topik sesuai dengan Bidang Studi Penulis
c.    Topik jarang ditulis orang
2.    Menentukan Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan merupakan titik tolak seluruh kegiatan menulis. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya.
3.    Mengumpulkan Data dari Berbagai Sumber
Data merupakan bagian penting dalam teks eksplanasi. Data berasal dari bahan yang dikumpulkan untuk mengkaji sebuah topik tulisan. Tetapi data tersebut harus dipersempit untuk memusatkan perhatian pada suatu masalah.
4.    Menyusun Kerangka Teks
Kerangka dalam penyususnan teks digunakan sebagai pola dasar yang akan dikembangkan menjadi suatu teks utuh. Dengan membuat kerangka teks, penulis dapat menyusun kerangka secara teratur. Ada beberapa manfaat membuat kerangka karangan, yaitu.
a.   Mempermudah pembahasan tulisan
b.   Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal
c.    Memudahakan penulis mencari materi tambahan
d.   Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
e.   Memudahkan penulis mencapai klimaks berbeda-beda
Contoh kerangka karangan teks eksplanasi
Topik         : Penyebab banyaknya glandangan dan pengemis di kota-kota besar.
Tujuan: Mengetahui penyebab dan alasan munculnya gelandangan dan pengemis di kota besar.
Kerangka Karangan :
                      1.      Pengertian glandangan dan pengemis
                      2.      Faktor-faktor penyebab glandangan dan pengemis di kota-kota besar
                      3.      Penanganan glandangan dan pengemis di kota-kota besar.
5.    Mengembangkan Kerangka Menjadi Karangan Eksplanasi
         Kerangka karangan dikembangkan dengan data dan referensi yang telah dikumpulkan. Dengan menggunakan data dan kerangkan yang sudah dibuat, kegiatan menulis teks eksplanasi dapat dilakukan dengan kreatif, mengalir, dan nyata. Data yang telah dikumpulkan juga berfungsi agar kerangka tidak menumpuk dengan permasalahan lain. Oleh karena itu, pengembangan kerangka menjadi suatu karangan harus sistematis dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat.

Sumber: Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 edisi revisi 2016


Puisi

INTUISI Karya Anggun Fitria Anindhi Deretan lampu benderang Menerangi sejengkal langkah tak goyah Bukan puncak namun perjalanan ...