Rabu, 01 November 2017

Naskah Drama

PERJUANGAN HIDUP
Karya: Zuhdi Sulaiman

          Di rumah yang tidak terlalu besar dan cukup sederhana, tetapi penuh dengan keharmonisan tinggal lelaki tua dan wanita muda. Mereka ayah dan anak, semua saudaranya sudah meninggalkan mereka. Ayah yang selalu menghidupi anak satu-satunya itu sangat sayang dan mau melakukan apa saja yang terbaik buat anaknya apalagi untuk kepentingan sekolah.

          Alarm jam weker pun berbunyi itu menunjukkan pukul 05.00 WIB. Maesaroh langsung bergegas dari tempat tidurnya dan tidak lupa membersihkannya. Setelah itu, Maesaroh sholat dan langsung menyiapkan sarapan buat ayahnya.

Ayah  : “Saroh tolong belikan bapak kopi di warung!”
Saroh : “Bentar pak, Saroh lagi goreng lauk nanti gosong.”
Ayah  : “Baiklah kalau begitu.”
Saroh : “Sama apa lagi pak selain kopi?” (sambil mengangkat gorengan yang sudah matang)
Ayah  : “Sekalian sama obat, ayah kok agak pusing nih..!!!” (sambil memegang kepala)
Saroh : “Ya pak, tapi nanti minumnya jangan setelah minum kopi.”
Ayah  : “Iya-iya.”

          Berhubung hari Minggu, ayah libur kerja dan Maesaroh juga libur sekolah. Semua sudah dipersiapkan untuk sarapan mereka. Mereka pun makan bersama dengan makanan ala kadarnya. Setelah selesai sarapan mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang.

Saroh : “Bapak, Saroh ingin cepat-cepat bekerja?”
Ayah  : “Kamu kan masih sekolah, sekarang biaya sekolah mahal kamu sekolah dulu aja yang bener jangan buat ayahmu kecewa.”
Saroh : “Iya pak, Saroh tau. Tapi Saroh ingin bantu bapak? Kasihan bapak tiap hari pulang sore cari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Saroh.”
Ayah  : “Jangan mikir semua itu. Itu sudah menjadi taggung jawab bapak. Sekarang yang terpenting penting sekolah dengan baik biar menjadi orang yang sukses.”
Saroh : “Baik pak, suatu saat Saroh yakin akan menjadi orang yang bisa membahagiakan keluarga.”
Ayah  : “bagus-bagus. Itu baru anak bapak yang tidak kenal menyerah.” (sambil menepuk bahu Maesaroh)

          Tidak terasa hari semakin sore, terlalu asyik ngobrol mereka langsung menyudahi perbincangan itu. Saroh langsung melanjutkan aktifitasnya dengan mandi dan mencuci piring. Setelah selsai semua Saroh masuk kamar dan langsung belajar. Tiba-tiba terdengar suara minta tolong yang berasal dari ruang tamu dan itu ternyata suara ayahnya. Mendengar suara jeritan, Saroh pun langsung bergegas menghampiri ayahnya. Dengan berlari terburu-buru Saroh menghampiri ayahnya yang sudah terjatuh di lantai. Saroh merasa takut karena tiba-tiba ayahnya pingsan.

Saroh : “Yahhh...yahhh...yahh...” (sambil menggoyang-goyang badan ayahnya)
Ayah  : “Hahh...hahh...” (dengan mata yang terpejam)
Saroh : “Bangun yah, ayah kenapa?” (raut muka tampak cemas)
Ayah  : “Bawa ayah ke kamar saja nak.”
Saroh : “Iya yah.” (sambil merangkul ayah)

          Sampai di kamar lalu Saroh menawarkan minum untuk atahnya. Tetapi ayahnya sudah tidak berdaya sama sekali karena terlalu cemas Saroh pun meminta ayahnya untuk berobat ke dokter.

Saroh : “Minum dulu yah.” (mengambil air putih yang ada di meja kamar)
Ayah  : (meminum air putih yang dibawa Saroh)
Saroh : “Sebaiknya berobat ke dokter aja yah, Saroh cemas dengan keadaan ayah.”
Ayah  : “Gak usah, beli obat di warung aja. Kita kan tidak punya uang banyak untuk berobat, lebih baik uangnya buat bayar sekolah kamu.”
Saroh : “Tapi kan keadaan ayah seperti itu.” (nada cemas)
Ayah  : “Tenang saja ayah gak pa-pa. Dah siang Saroh kamu gak berangkat sekolah nanti terlambat.”
Saroh : “Nanti ayah di rumah sendiri gak pa-pa?”
Ayah  : “Jangan khawatir ayah dah enakan kok.”
Saroh : “Ya udah Saroh tinggal dulu.” (menutup pintu kamar ayah)

          Setelah itu Saroh pun langsung siap-siap untuk berangkat sekolah. Setiap pagi Saroh berjalan kaki ke sekolah bersama temannya. Sari teman akrabnya mengetahui semua tentang kehidupan Saroh. Walaupun Sari anak orang kaya tetapi dia senang berteman dengan Saroh karena sifatnya yang baik.

Saroh : “Udah nunggu lama ya?”
Sari    : “Lumayan nih.” (sambil tersenyum)
Saroh : “Maaf ya dah nunggu lama.” (sambil berjalan menuju sekolah)
Sari    : “Oke, santai aja Sar. Kamu tumben kok siang biasanya kan kamu yang nunggu aku?”
Saroh : “Tadi ayah aku tiba-tiba pingsan.” (raut muka tampak sedih)
Sari    : “Tapi gak pa-pa to ayahmu.” (nampak kaget)
Saroh : “Sekarang dah mendingan kok, tadi waktu aku berangkat ayah baru istirahat.”
Sari    : “Ya syukur lah kalau begitu.”

          Tidak terasa mereka sudah sampai di depan sekolah. Ternyata pintu gerbang pun sudah ditutup. Mereka langsung menghampiri pak satpam untuk membukakan pintu gerbang, tetapi tidak mau membuka. Saroh mencoba untuk menjelaskan kenapa dia terlambat. Akhirnya pak satpam pun merasa iba dan dibuka pintu gerbangnya.

Saroh : “Terimakasih ya pak, sudah mau membuka pintu gerbang.” (sambil berjabat tangan)
Satpam        : “Ya..ya besuk lagi jangan sampai telat.”
Sari    : “Siap komandan.” (dengan tersenyum)

          Mereka langsung berlari menuju kelas dengan terburu-buru. Nampak di kelas sudah ada Bu Yuli guru matematika yang sedang menjelaskan di depan kelas. Mereka menggetok pintu dengan rasa takut.

Sari      : “Pagi bu, maaf kita terlambat.” (dengan nafas yang tersendat-sendat)
Bu Yuli : “Kenapa kalian bisa terlambat?”
Saroh   : “Tadi kita jalan kaki bu.” (merasa takut)
Bu Yuli : “Ya udah kalian duduk, besuk jangan diulangi lagi.”
Saroh dan Sari : “Ya bu.” (jawab serentak)

          Setelah berakhirnya pelajaran matematika bel istirahat pun berbunyi. Sari mengajak Saroh ke kantin, tetapi Saroh tidak mau karena tidak mempunyai uang saku.

Sari    : “Ayo kita ke kantin.” (sambil berdiri dari tempat duduk)
Saroh : “Tidak sar, uang ku mau buat beli obat untuk ayah.”
Sari    : “Santai aja nanti aku yang bayar.”

          Mereka menuju ke kantin bersama teman Sari yang bernama Angga. Sampai di kantin mereka ngobrol dengan asyik dan memesan makanan. Tidak lama kemudian Sari ke toilet meninggalkan Saroh dan Angga. Angga ingin menyapa Saroh tetapi merasa malu karena mereka belum saling kenal. Tetapi berbeda dengan Saroh yang langsung mengajak ngobrol.

Saroh : “Kamu dah lama kenal dengan Sari?” (sambil minum)
Angga : “Dari kecil aku sudah kenal Sari.”
Saroh : “Ohh gitu, berarti dah akrab dong?”
Angga : “Ya gitu deh.”
Sari    : “Eh ngobrol apa nih? Kayaknya seru banget.” (tiba-tiba sudah berdiri di samping Saroh)    
Saroh : “Ngomongin kamu dong.” (Angga dan Saroh tertawa)
Sari    : “Ah kalian.” (sambil tersenyum)

          Ketika mereka asyik ngobrol, tiba-tiba bel masuk kelas berbunyi. Mereka langsung menuju ke kelas masing-masing. Angga yang tidka satu kelas dengan Sari dan Saroh menuju ke kelas sendiri.

Sari    : “Eh...sekarang pelajaran Pak Siswo katanya kosong.” (menuju ke kelas)
Saroh : “Kata siapa kamu? Jangan buat informasi yang gak bener.”
Sari    : “Tadi aku denger dari teman sekelas kita saat di toilet.”
Saroh : “Enak ni kalau beneran kosong.”
Sari    : “Ya udah nanti kalau kosong, kita ke perpus yuk?” (sudah di kelas)

         Ketua kelas mendapat informasi dari Pak Siswo kalau tidak bisa mengajar.

Ketua kelas  : “Teman-teman ada informasi kalau Pak Siswo tidak bisa mengajar karena ada rapat.”
Siswa           : “Waahhh..asyik.” (menjawab dengan serentak)

          Mendengar informasi dari ketua kelas Sari dan Saroh langsung bergegas ke perpustakaan untuk membaca buku.

Saroh : “Kamu baca buku apa?” (sambil membaca buku)
Sari    : “Buku novel nih, bagus banget ceritanya.”
Saroh : “Ohh...nanti pulang sekolah aku mampir beli obat dulu ya.”
Sari    : “Oke-oke gue antar.”

          Jam dinding menunjukkan pukul 13.30 WIB semua siswa keluardari kelasnya masing-masing. Sari dan Saroh mampir ke warung untuk membeli obat. Saat membeli obat Saroh bertemu dengan Zafran temannya. Sudah beberapa tahun mereka tidak bertemu sekarang Zafran sudah menjadi pengusaha yang sukses.

Zafran : “Eh Saroh dah lama ya kita tidak ketemu?”
Saroh : “Gak nyangka ya kamu sudah sukses kayak gini.” (melihat penampilan Zafran dan mobilnya)
Zafran : “Ah kamu bisa aja.” (sambil tersenyum)
Saroh : “Emang kamu sudah beda dari yang dulu. Sekarang sudah terlihat mapan dan tambah ganteng hehehe...”
Zafran : “Aku bisa seperti ini karena usaha keras dan dukungan dari orang tua untuk berwirausaha. Ngomong-ngomong mau beli apa nih?”
Saroh : “Ohh gitu bagus tu, ni mau beli obat buat ayah.”
Zafran : “Ayahmu sakit ya. Sakit apa?”
Saroh : “Cuma masuk angin aja kok.”

          Mengetahui keadaan ayah Saroh, Zafran ingin ikut ke rumahnya karena dulu ia sering main dan sudah akrab dengan ayahnya. Kemudian Zafran mengajak Saroh dan Sari ikut naik mobilnya untuk menuju ke rumah Saroh. Sampai di rumah Saroh, mereka langsung menuju ke kamar ayahnya. Ternyata ayahnya tidak ada di kamar dan Saroh pun sudah khawatir dengan keadaannya. Nampak ayanhnya keluar dari kamar mandi.

Ayah  : “Eh Saroh kamu dah pulang?” (berjalan menuju runag tamu)
Saroh : “Iya yah, ini ada temen...” (ayah memotong pembicaraan Saroh)
Ayah  : “Ini betul nak Zafran?”
Zafran          : “Iya pak, bagaimana kabarnya?” (sambil berjabat tangan)
Ayah  : “Alhamdulilah baik, sudah lama kok gak pernah main sini?” (sambil duduk)

          Ditengah-tengah pembicaraan Saroh membawa minum dan Sari membawa kue.

Saroh : “Ayo diminum dulu.” (sambil meletekkan minum di meja)
Zafran          : “Iya.” (sambil meminum)
Ayah  : “Mari nak Zafran dimakan kuenya.”
Zafran          : “Iya, bapak tidak minum?”
Ayah  : “Ah...saya udah tadi.”

          Saroh mengasih obat kepada ayahnya yang dibeli tadi saat pulang sekolah. Jam menunjukkan pukul setengah enam Sari meminta ijin untuk pulang.

Sari    : “Pak, saya mau ijin pulang dulu.”
Ayah  : “Kok buru-buru banget?”
Sari    : “Iya pak tadi saya belum sempat ijin.”
Zafran          : “Pak saya juga mau pamit.” (mendekati Ayahnya Saroh)
Ayah  : “Ya udah kalian hati-hati pulangnya.” (sambil berjabat tangan)
Sari    : “Iya pak.”

          Saroh dan ayahnya mengantarkan mereka ke depan rumah. Zafran menawarkan diri kepada Sari untuk pulang bersama tetapi dia tidak mau, karena merasa sungkan dan belum begitu kenal. Saat malam hari Saroh berfikir ingin meminta bantuan dari Zafran untuk diberikan pengalaman wirausaha. Tanpa basa basi Saroh langsung menelfon Zafran.

Zafran          : “Halo, gimana Saroh?”
Saroh : “Maaf menggangu malam-malam, aku cuma mau minta gimana cara berwirausaha dan aku juga ingin belajar dari kamu.”
Zafran          : “Gak ganggu kok. Ohh ya besok aja kalau ketemuan gimana soalnya kalau lewat telephone kurang jelas.”
Saroh : “Ya udah kalau gitu mau ketemu di mana tapi aku bisanya pulang sekolah.”
Zafran          : “Gimana kalau pulang sekolah aku jemput?”
Saroh : “Ya gak pa-pa, aku pulang sekolah jam setengah dua.”
Zafran          : “Oke. Smapai ketemu besok.” (sambil menutup telephone)

          Siang harinya Zafran sudah menunggu di deapan sekolah Maesaroh. Ternyata Saroh lupa kalau ada janji, dia sedang mencari buku di perpustakaan. Tiba-tiba Handphone Saroh bergetar ditelephone oleh Zafran, kemudian Saroh bergegas keluar dari perpustakaan karena dia sudah ditunggu sama Zafran.

Saroh : “Zafrannn...maaf aku lupa.”
Zafran          : “Iya gak pa-pa, ayo langsung masuk.” (sambil membuka pintu mobil)

          Lalu mereka mencari tempat untuk membicarakan tentang yang dibahas tadi malam.

Zafran          : “Emangnya kamu mau usaha apa?”
Saroh : “Aku mau berwirausaha kecil-kecil, apa ya yang paling mudah?”
Zafran          : “Kamu kan pinter masak, gimana kalau membuat kue lalu dititipkan warung-warung dan kantin sekolah nanti modalnya mudah aku dulu yang nanggung.”
Saroh : “Oke kalau gitu besok aku mau coba membuatnya.”

          Beberapa bulan kemudian, kue yang dibuat tidak hanya dijual ke warung dan kantin saja, tetapi Saroh sudah mempunyai toko kecil di samping rumahnya. Lama-lama toko milik Saroh mulai ramai dikunjungi para pembeli, rencananya ia ingin mengembangkan usahanya dan ingin menambah satu toko lagi.

          Tiba-tiba Zafran datang ke toko Saroh.

Zafran          : “Waahh...makin sukses aja nih..?”
Saroh : “Ahh...jangan gitu ini kan berkat bantuan dari kamu juga.”
Zafran          : “Haha...eh ngomong-ngomong aku mau beli kuenya, biasa untuk oleh-oleh di rumah.”
Saroh : “Ambil saja mana yang kamu suka, gratisss deh.”
Zafran          : “Haha...aku ambil satu ya.”

          Setiap minggunya Zafran menyempatkan untuk main ke toko Saroh. Makin lama Zafran mempunyai perasaan pada Saroh dan akhirnya, Zafran berniat untuk mengajak Saroh menikah setelah lulus sekolah.


         Dua tahun kemudian Zafran menikahi Saroh dan mereka hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi

INTUISI Karya Anggun Fitria Anindhi Deretan lampu benderang Menerangi sejengkal langkah tak goyah Bukan puncak namun perjalanan ...